cover
Contact Name
Dr. Asep Supianudin, M.Ag.
Contact Email
asepsupianudin@uinsgd.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
altsaqafa@uinsgd.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
ISSN : 02165937     EISSN : 26544598     DOI : -
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 1 (2020): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam" : 10 Documents clear
KONSEP PESAN PRA-NUBUWWAH YANG TERKANDUNG DALAM WAHYU PERTAMA KALI TURUN SURAH AL’ALAQ 1-5 Ihsan Humaedi
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 17, No 1 (2020): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v17i1.6678

Abstract

Artikel ini membahas konsep pesan nubuwah Muhammad shallahu’alaihi wasallam yang dilihat dari lima ayat yang pertama kali turun dalam surat al-alaq. Dengan menggunakan survei pustaka artikel ini menemukan bahwa paling tidak terdapat tiga konsep yang terkandung dalam lima ayat yang pertama kali turun tersebut, yaitu: penciptaan, rububiyah dan ta’lim, ketiga konsep ini dapat dimaknai sebagai persiapan individu nabi untuk menghadapi tugas berikutnya sebagai rasul yang dipandang lebih berat jika dibandingkan hanya sebagai nabi. Dengan ketiga konsep kesadaran tersebut digunakan dan dikembangkan oleh para pengikutnya dalam menghadapi kontinuitas masalah yang dihadapi sehari-hari agar tetap berada dalam koridor ajaran muhammad saw, untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia.
PERAN ORMAS ISLAM DALAM MENOLAK ISLAM LIBERAL (SEJARAH DAN PERAN FUUI DALAM MENOLAK ISLAM LIBERAL BANDUNG 2000-2003) Samsudin Samsudin; Mumuh Muhsin Zakaria; Dade Mahzuni
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 17, No 1 (2020): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v17i1.9034

Abstract

Ulil Abshar Abdalla sebagai tokoh Islam Liberal pernah mengungkapkan Pemahaman ”hukum tuhan” yang oleh kebanyakan orang orang islam sebetulnya tidak ada. Aspek yang dibahas meliputi hukum pernikahan, jual beli, pencurian dan lain sebagainya yang tergolong prinsip umum lebih dikenal maqashidusy syari’an dalam tradisi pengkajian hukum klasik. Pernyataan ini mendapat kritikan tajam dari Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) terhadap pernyataan tidak ada namanya “hukum Tuhan” adalah sebuah prilaku penghinaan. Dengan kritik tajam terhadap Islam liberal itu, maka penulis tertarik untuk meneliti FUUI tersebut dengan tujuan diperoleh gambaran sejarah berdirinya FUUI, bagaimana peran FUUI dalam menolak pemikiran Islam Liberal, dan bagaimana pengaruh FUUI dalam menolak Islam Liberal. Penulis menggunakan dengan metode sejarah, terdiri dari heuristik, kritik (Intern dan Ekstern), interpretasi, juga historiografi. Berdasarkan hasil penelitian, FUUI didirikan pada hari Selasa tanggal 1 November 2000 di mesjid Al-Furqan UPI Bandung, dengan sekretariat di Mesjid Al-Fajr Jl.Situsari VI No 2 Cijagra Bandung. Keanggotaan FUUI terdiri dari seluruh wilayah Indonesia dengan penasehat H. Prof. Dr. M. Djawad Dahlan, ketua umum pertama K.H. Atiyan Ali. M. Da’I, MA, dan sekretris jendral Ustadz. Hedi Muhammad Suwandi. Peranannya dalam menolak Islam Liberal Semua Ulama dan umat Islam yang ada di Jawa Barat, Jawa Tengah serta Jawa Timur sepakat mengeluarkan pernyataan, dari penolakan ini. Kemudian dampaknya memengaruhi ormas lain yang menolak Islam liberal, seperti Forum Bandung Circle, Majelis Mujahidin Indonesai (MMI), Institut for the Islamic Thought and Civilization (INSISTS), Indonesia Tanpa JIL (ITJ), dan Pimpin Bandung serta puncaknya dikeluarkan fatwa MUI yang mengharamkan liberalisme.Kata Kunci: Islam liberal, sejarah, dampak penolakan FUUI
GAYA BUSANA IDENTITAS ULAMA SUNDA 1800-1998 Suparman Jassin
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 17, No 1 (2020): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v17i1.8917

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis pada kesederhanaan gaya hidup kaum ulama/ kyai di Tatar Sunda yang terkesan monoton aktivitasnya antara masjid, pondok, santri dan masyarakat. Kalau kita tengok kekayaan dan isi rumahnya niscaya tak ada barang mewah yang menghiasi, hanya deretan kitab-kitab kuning klasik yang menjadi kajian kebanggaannya. Tak terkecuali dalam hal gaya berbusananya. Sekalipun ulama-ulama di Tatar Sunda memiliki kekhasan gaya busana masing-masing, tetapi sangat jauh dari tampilan kemewahan. Seiring dengan perkembangan zaman terutama di era reformasi justeru banyak tampil ulama atau kyai gaya baru yang menghias media layar kaca yang sangat berbeda jauh dengan apa yang ditampilkan oleh ulama/kyai tempo lalu terutama di era kolonial. Terkadang sulit membedakan mereka, apakah sebagai sosok seorang ulama/ kyai atau selebritas? Pertanyaannya, apa yang menjadi latar penyebab terjadinya pergeseran sosok ulama bersahaja dan berwibawa kepada kyai/ustadz yang popular dengan gaya hidupnya yang mewah? Bagaimana model-model gaya busana para ulama dari zaman ke zaman di Tatar Sunda? Penelitian ini menggunakan metode historis yang meliputi empat tahapan, yaitu: 1) heuristik, 2) kritik sumber, 3) interpretasi, dan 4) historiografi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat menjelaskan bahwa keterkaitan fashion atau busana pada ulama/ kyai tidak lagi sebatas simbol budaya yang mencerminkan identitas dan kepribadian seorang ulama, melainkan juga nilai agama tercakup di dalamnya. Pakaian ulama dianggap sebagai standar berpakaian yang dianjurkan dalam Islam. Oleh karenanya, meniru gaya berpakaian ulama akan dianggap sebagai bagian dari tuntunan ajaran Islam. Gaya busana para ulama disesuaikan dengan kondisi sosial dan kultur di daerahnya masing-masing sekalipun sebagiannya mengadopsi model-model dari luar, baik model Arab Timur Tengah, Eropa, India, Cina bahkan Turki.
KEBUDAYAAN KAMPUNG ADAT BANCEUY DESA SANCA KECAMATAN CIATER KABUPATEN SUBANG Shaleh Afif
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 17, No 1 (2020): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v17i1.9004

Abstract

Penelitian ini terkait Kebudayaan Kampung Adat Banceuy  Desa Sanca Kecamatan Ciater di Kabupaten Subang. Adapun mayoritas Penduduk yang berada di Kampung Adat Banceuy adalah Asli Keturunan Banceuy, sementara itu penelitian ini lebih khusus hanya membahas Kebudayaan Kampung Adat Banceuy.Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Sejarah Kampung adat Banceuy juga Kebudayaan yang ada di Kampung adat Banceuy     Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa: Pertama Sejarah Kampung adat Banceuy dahulunya bernama Kampung Negla penggunaan Nama banceuy yaitu adalah kesepakatan para sesepuh kampung adat banceuy setelah terjadi badai yeng merusak kampung  Negla sekitar tahun 1800. kedua, kebudayaan yang penulis temukan di Kampung Banceuy seperti Tradisi dan Upacara Adat, Kesenian Kampung adat banceuy, Atraksi Masyarakat Kampung Adat Banceuy, dan Permainan Tradisional Kampung adat Banceuy.Kata kunci : Kebudayaan, Kampung Adat, Banceuy
KITAB PEGON DAN PENANAMAN PRINSIP DASAR KEISLAMAN: Studi Kasus Kampung Santri Tarjumah di Tambangsari, Pati, Jawa Tengah Moh Rosyid
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 17, No 1 (2020): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v17i1.8439

Abstract

This article was written to description a hamlet that formed boarding school (pesantren), students (santri) local residents various places and local residents, there is mosque, pondok pesantren, al-Quran kindergarten, madrasah diniyah, kiai’s house, recitation system bandongan, use Kitab Tarjumah by pegon language, his work K.H Ahmad Rifa’i. Data of this research was gathered through interview, forum group discussion, and observation in Tambangsari hamlet, Kedungwinng village, Sukolilo subdistrict, Pati district, central Java. K.Rifa’i action against colonial named Rifa’iyah movement. The action creation Kitab Tarjumah make tauhid, fikih, and mistisisme. Now, passed on students (santri) who settled in his village. Her initial character K. Hannan now forwarded by generation. Observance of worship armed with religious knowledge by tradition recite so that it forms santri hamlet (kampung santri).
POSITIONING UMMAH IN INTERNATIONAL POLITICS: A SOUTH-SOUTH PERSPECTIVE Hadza Min Fadhli Robby
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 17, No 1 (2020): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v17i1.8973

Abstract

This research would like to discuss the reconceptualization of Ummah in the context of contemporary international politics. Ummah, as a concept, has been implemented since the era of Prophet Muhammad. Since the advent of the modern era, the concept of Ummah has been deemed as irrelevant due to the existence of modern nation-state. However, newly independent countries that are having a majority of Muslim populations tried to rebuild the new consciousness among Muslim communities by establishing organizations that resemble Ummah. There are at least three endeavors noted throughout history: Asian-African Islamic Conference, Organization of Islamic Cooperation, and Developing-8 (D-8). Only two endeavors successfully emerged as an active international organization representing the Muslim community's interest in world politics. Using the English School and South-South perspective, this research tried to decipher the reason behind the creation of those organizations.
Critical Discourse Analysis on a Text “Friday Prayer at Home for Most but Some Risk Infection at Mosques” by the Al Jazeera English Erlan Aditya Ardiansyah
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 17, No 1 (2020): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v17i1.8345

Abstract

This study aimed to investigate a discourse conveyed in an article entitled “Friday Prayer at Home for Most but Some Risk Infection at Mosques” by a news agency namely Al Jazeera English (AJE) relating to prohibition of the Friday Prayer in many countries and power presented by the certain countries due to prevent Covid-19. This study applied a descriptive-qualitative method. This study used Fairclough (1995; 2004) three-dimensional critical discourse analysis (CDA). The results were observed through micro-, meso-, and macro-levels of analyses. Data analysis performed by using the microlevel of analysis showed that the text contains active transitive structure to demonstrate subjects of the sentences. The study found that there are words which mostly appear in the text such as Muslim and prayers. In the mesolevel of analysis, intertextual analysis describes that there are assumption in the text. The data also depict that people showed disobedience to the governmental regulation and the worshippers still practiced prayers at home which caused irony in the discourse. The macrolevel of analysis illustrates the text published by the AJE generally converse updated issues because people recognize the news agency with a good reputation. The study concluded that the text mainly discussed the prohibition of communal prayers by many countries which is originated from other related texts. Keywords: Critical discourse analysis, covid-19, Muslim prayers, power
GENDUREN LINTAS AGAMA DI DAERAH TRASMIGRAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL DAN AGAMA (Studi Kasus di Desa Muara Jaya Sukadana Lampung Timur) Muhammad Nur Amin
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 17, No 1 (2020): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v17i1.8435

Abstract

The study discusses the transcendental gender in the transmigrant area in social and religious perspectives. In the midst of the spread of issues and cases of intolerance, both on a national and global scale. There is a trasmigrant area that has a unique tradition, in the form of inter-religious gender. This is interesting to discuss as an effort to revive the values of tolerance and religious harmony that is almost dim today. Through phenomenological research, it can be concluded that there are several factors that influence people to do this interfaith slendering, including; cultural, religious and social settings.
Ekokritik (Ecocriticism) Dalam Perkembangan Kajian Sastra Khomisah Khomisah
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 17, No 1 (2020): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v17i1.6032

Abstract

Tulisan ini bertujuan menjelaskan perkembangkan kajian ekologi sastra (ecocriticism), yang tampak sebagai gejala baru dalam kajian sastra di Indonesia. Ekologi sastra memfokuskan perhatian pada hubungan antara sastra dan alam (lingkungan) hidup sebagai representasi dari suatu karya sastra itu lahir. Ecocriticism terfokus pada ‘green’ moral dan political agenda, yang berorientasi pada pelestarian lingkungan hidup, di mana seorang pengarang berada untuk melahirkan inspirasinya. Dalam perspektif pendekatan sastra, ecocritism berakar pada pendekatan mimetik yang memiliki asumsi dasar bahwa kesusastraan merupakan cerminan dari realita kehidupan yang ada, dengan merujuk pada paradigma imitasi Plato, yang selanjutnya dikembangkan oleh M.H. Abrams dengan teori universal. Dalam perkembangannya, sifat kajian interdisipliner studi ekologi sastra dapat memanfaatkan disiplin ilmu, seperti ekofeminisme, ekoimperalisme, ekologi politik, ekologi budaya, dan ekobiologi. Oleh karena itu, studi ekologi sastra di Indonesia perlu dikaji secara lebih intensif dan terus mulai digalakkan, sehingga dapat menumbuhkan minat kajian sastra interdisipliner atas karya-karya sastra bercorak ekologi atau biasa disebut sebagai sastra hijau.
PENGAJIAN AL-QUR’AN DALAM TRADISI PERNIKAHAN PADA MASYARAKAT SUNDA: KEBERLANGSUNGAN DAN PERUBAHAN Dadan Rusmana
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 17, No 1 (2020): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v17i1.9064

Abstract

The purpose of this paper is to explain about some forms of al-Qur'an recitation activities in the tradition of marriage among Sundanese-Muslim communities, with the diversity of moments, personal, ways, and religious meanings. The problem is related to several things, namely 1) the forms of recitating the Qur'an carried out by the Sundanese-Muslim community in the tradition of marriage; 2) religious meaning of the tradition of Qur’anic recitation in the Sundanese-Muslim community; 3) the change of Qur’anic recitation activities influenced by internal and external factors. The theory used is the theory of the rite of Radcliffe Brown and the commodification of Islam from Greg Fealy. The domain of this research is in the study of cultural anthropology with an ethnographic approach. The results of this study indicate that the diversity of the tradition of the reciting the Qur’an carried out adjusted to the moment, economic level, individual abilities, and the environment. Sustainability and change occur because of the internal and external influences in implementing this tradition. From the point of view of meaning, this tradition shows identity, social stratification, and the commodification of the Qur’an recitation in the public sphere. This research has implications for the importance of increasing the quality of ritual understanding, rather than merely formality formal rituals. 

Page 1 of 1 | Total Record : 10